Hildegard E. Peplau
Kelompok 1:
Nama
|
NPM
|
||
Astuti
|
1126010125
|
||
Heru Sastriawan
|
1126010126
|
||
M. Ikbal
|
1126010127
|
||
Rudianto
|
11260101
|
||
Keperawatn
III D
|
|||
Dosen: Ns. Vellyza Cholin S.Kep MAN
|
|||
Sekolah Tinggi Ikmu Kesehatan (STIKES)
Tri Mandiri sakti Bengkulu
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya
yang telah memberikan kita kesehatan, sehingga kelompok kami bisa menyelesaiakan makalah
ini. Makalah ini kami
buat berdasarkan kebutuhan seorang perawat dan perawat merawat kliennya yang
berdasarkan Teori / Keperawatan menurut Hildegard Peplau.
Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Dasar-dasar Keperawatan I, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya
wawasan kami mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan manusia.
Semoga makalah yanq
kami susun ini berguna dan
bermanfaat, bagi yang membacanya terutama bagi para perawat, kritik dan saran
sangat kami
harapkan, karena kami
manusai biasa
tidak pernah luput dan salah dan dosa.
Bengkulu, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.............................................................................................................. i
Biografi Tokoh ............................................................................................................... ii
Daftar Isi
........................................................................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
.................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah
............................................................................ 1
1.3
Tujuan ...............................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau ........................
2.2 Tahapan Peplau
dalam Keperawatan ................................................
2.3 Teori Peplau
dan Konsep Empat Besar .............................................
2.4 Hubungan
antara Tahapan Peplau dan Proses Keperawatan .............
2.5 Peplau Bekerja
dan Karakteristik dari Teori A ..................................
2.6 Implementasi
Teori Peplau .................................................................
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
.........................................................................................
3.2 Tujuan Teori Peplau ...........................................................................
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Peplau
...........................................
3.4 Saran
...................................................................................................
Daftar Pustaka
..................................................................................................................
Biografi
Hildegard E. Peplau
Hildegard E. Peplau, PhD, RN, FAAN,
lahir pada tanggal 1 September 1909 di Reading, Pennsylvania. Peplau lulus dari
Hospital School of Nursing di Pottstown, Pennsylvania pada tahun 1931. Dia
lulus dari Bennington College dengan gelar BA dalam bidang Psikologi
interpersonal pada tahun 1943, dan dari Columbia University di New York dengan
MA dalam Keperawatan Psikiatri tahun 1947, dan Ed.D. dalam Pengembangan
Kurikulum pada tahun 1953.
Hildegard Peplau menerbitkan bukunya “hubungan interpersonal
dalam keperawatan” pada tahun 1952 . Ia juga menerbitkan banyak artikel dalam majalah-majalah
professional dengan topic mulai konsep interpersonal sampai issue terkini dalam
bidang keperawatan. Pampletnya “prinsip dasar bagi konseling keperawatan” yang
berasal dari hasil penelitianya dan lokakaria (pengalaman kerja).
Peplau merupakan satu-satunya perawat
untuk melayani ANA sebagai direktur eksekutif dan kemudian sebagai presiden, ia
menjabat dua istilah di Dewan International Council of Nurses (ICN). Pada
tahun 1997, ia menerima kehormatan tertinggi keperawatan, yang Christiane
Reimann Prize, pada Kongres ICN yang berlangsung empat tahun. Pada tahun 1996,
American Academy of Nursing Peplau
dihormati sebagai “Legenda Hidup”, dan, pada tahun 1998, ANA dilantik-nya ke
dalam Hall of Fame.
Hildegard E. Peplau, PhD, RN, FAAN, yang
dikenal sebagai “jiwa ibu menyusui,” meninggal di usia 89 tahun pada tanggal 17
Maret 1999.
Riwayat keluarga
Hildegard peplau( Hilda) di lahirkan di
reading pennisylvia merupakan keluarga imigran dari jerman. Dia merupakan anak
kedua dari 6 bersaudara. Ayahnya seorang pekerja keras sedangkan ibunya sangat
perfeklsionis. Orangtuanya bernama gustav dan otilie peplau. Meskipun dalam
keluarga tidak pernah mendiskusikan tentang pendidikan tinggi, Hilda mempunyai
motivasi dan visi yang kuat untuk merubah wanita dari berpikiran tradisional
menjadi yang lebih modern. Dia menggiginkan kehidupan yang lebih baik dan
mengenalkan keperawatan sebagai karier wanita di masa datang.
Riwayat pendidikan
Peplau memulai karir keperawatan pada
tahun 1931 sebagai lulusan dari sekolah perawat Pottstown, PA school. Beliau
kemudian bekerja sebagai staff nurse di Pennsylvania dan New York city.Di
Bennington college vermant ia mendapat gelar bachelor degree jurusan psikologi
interpersonal pada tahun 1943.
Peplau mendapatkan gelar master dan
doctor dari universitas kolumbia jurusan ilmu pengajaran.Dia juga mendapatkan
sertifikat psikoanalisis di wiliam Alanson white institute new York. Awal tahun
1950 mulai mengajar kelas pertamanya pada psikiatri keperawatan di fakultas
ilmu pendidikan.DR Peplau menjadi pengajar di
fakultas keperawatan university Rutgers dari 1954 – 1974.Peplau juga
bekerja sebagai konsultan pada WHO, US air force, US general surgeon. Setelah
pensiun dari Universitas Rutgers ia
bekerja sebagai professor kunjungan di universitas Leuven Belgium tahun 1975
dan 1976.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu keperawatan
didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses keperawatan adalah metode
dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan
kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan
yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.
Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan,
ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.
Ilmu Keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar
manusia mulai dari biologis, psikologis, social dan spiritual. Pemenuhan dasar
tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dalam praktik
keperawatan profesional. Untuk tercapainya suatu keperawatan professional
diperlukan suatu pendekatan, yang disebut “Proses Keperawatan” dan
“Dokumentasi” keperawatan sebagai data tertulis yang menjelaskan tentang
penyampaian informasi (komunikasi), penerapansesuaistandart praktik, dan
pelaksanaan proses keperawatan.
Untuk menjalankan tugas
keperawatan, banyak teori keperawatan yang digunakan, salah satunya adalah
Hildegard E. Peplau. Model konsep dan teori
keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam
memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar
manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah
kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumberkesulitan) dan proses interpersonal.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
problem yang perlu dibahas dalam makalah ini adalah mengenai bagaimanakah model
keperawatanmenurut Hildegard E. Peplau, yakni:
- Bagaimanakah teori keperawatan Hildegard E. Peplau?
- Bagaimanakah tahapan model keperawatan Hildegard E. Peplau?
- Bagaimanakah teori Peplau dan konsep 4 besar?
- Bagaimanakah hubungan antara tahapan Peplau dan proses keperawatan?
- Bagaimanakah Peplau bekerjadan karakteristik teori A?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui bagaimanakah teori keperawatan Hildegard E. Peplau
2.
Mengetahuibagaimanakah tahapan model keperawatan Hildegard E. Peplau
3.
Mengetahuibagaimanakahteori Peplau dan konsep 4 besar
4.
Mengetahui bagaimanakahhubungan antara tahapan Peplau dan proses keperawatan
5.
Mengetahui bagaimanakahPeplau bekerja dan karakteristik teori A
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori
Keperawatan Hildegard E. Peplau
Hildegard E. Peplau (1909) lahir di Reading, Pennsylvania. Dr Peplau lulus dari
program diploma keperawatan di Pottstown, Pennsylvania, pada tahun 1931. Dia
lulus dari Bennington College dengan gelar BA dalam bidang Psikologi
interpersonal pada tahun 1943, dan dari Columbia University di New York dengan
MA dalam Keperawatan Psikiatri tahun 1947, dan Edd dalam Pengembangan Kurikulum
pada tahun 1953. Pengalaman keperawatan Dr Peplau termasuk di rumah sakit
swasta dan tugas umum dalam keperawatan jiwa. Dia telah mengajar pascasarjana
keperawatan psikiatri selama bertahun-tahun dan merupakan Profesor Emeritus
dari Rutgers University. Program keperawatan postbaccalaureate pertama di Eropa
difasilitasi oleh Dr Peplau di Belgia.
(Hildegard
E. Peplau, R.N., Ed.D., Nursing ’74, 1974, 4, 13.)
Hildegard E. Peplau, yang dikenal sebagai “jiwa ibu menyusui” menerbitkan bukunya “hubungan
interpersonal dalam keperawatan” 1952 . ia juga menerbitkan banyak artikel
dalam majalah-majalah professional dengan topic mulai konsep interpersonal
sampai issue terkini dalam bidang keperawatan. Pampletnya “prinsip dasar bagi
konseling keperawatan” yang berasal dari hasil penelitianya dan lokakaria
(pengalaman kerja).
Dr.Peplau telah
bekerja pada berbagai organisasi, termasuk WHO, lembaga nasional kesehatan
jiwa, dan kesatuan keperawatan. Ia juga mantan direktur eksekutif dan
presiden persatuan Perawat Amerika dan anggota akademi keperawatan Amerika.
Dia telah bekerja/melayani sebagai konsultan keperawatan bagi berbagai
Negara-negara asing dan bagian bedah umum angkatan udara US.
pada tahun 1974 dan masih aktif dalam
keperawatan. Bukunya 1952 telah diterbitkan kembali 1988 (komunikasi
pribadi, November 4, 1987). Kontribusinya yang banyak bagi keperawatan adalah
hasil kualitas rintisanya dalam komunikasi dan persepsinya mengenai
keperawatan.
Hildegrad Peplau
menerbitkan bukunya hubungan antar-pribadi (interpersonal) dalam keperawatan,
sehubungan dengan bukunya “teori parsial untuk praktek keperawatan” Peplau
membahas mengenai tahap-tahap proses hubungan antar-pribadi, peran dalam kerja
keperawatan, dan metode-metode dalam mempelajari keperawatan sebagai satu
proses interpersonal.
Menurut Peplau,
keperawatan adalah terapeutik yaitu satu seni menyembuhkan, menolong
individu yang sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan. Keperawatan dapat dipandang
sebagai satu proses interpersonal karena melibatkan interaksi antara dua atau
lebih individu dengan tujuan yang sama. Dalam keperawatan tujuan bersama ini
akan mendorong kearah proses terapeutik dimana perawat dan pasien saling
menghormati satu dengan yang lain sebagai individu, kedua-duanya mereka belajar
dan berkembang sebagai hasil dari interaksi. Belajar menempatkan diri saat
individu mendapat stimulus dalam lingkungan dan berkembang penuh sebagai
reaksi kepada stimulus tersebut.
Untuk mencapai
tujuan ini atau tujuan-tujuan yang lain di capai melalui penggunaan serangkaian
langkah-langkah dan pola yang pasti. Saat hubungan perawat dan pasien
berkembang pada pola terapeutik ini, ada cara yang fleksibel dimana fungsi
perawat dalam berpraktek – dengan membuat penilaian – dengan keahlian yang
didapatkan melalui ilmu pengetahuan, dengan menggunakan kemampuan teknis dan
peran asumsi.
Ketika perawat
dan pasien mengidentifikasi satu masalah pertama kalinya dan mulai focus pada
tindakan yang tepat, pendekatan yang dilakukan melalui perbedaan latar-belakang
dan keunikan individu. Setiap individu dapat pandang sebagai satu struktur yang
unik bio-psyko-spri-sos yang satu dengan yang lain tidak
bertentangan.
Setiap individu
telah belajar dari lingkungan, adat-istiadat, kebiasaan, dan kepercayaan yang
berbeda yang membentuk budaya individu tersebut. Setiap orang datangdari
(pemikiran) sudut pandang yang berbeda sehingga mempengaruhi persepsi dan
perbedaan persepsi ini sangat pentingdalam proses interpersonal. Sebagai
tambahan bagi perawat dari latar belakang pendidikan, yang mengerti tentang
teori perkembangan, konsep adaptasi kehidupan, respon konflik, juga wawasan
yang luas tentang peran keperawatan professional dalam proses hubungan
interpersonal. Sebagai perawatdanpasien yang berhubungan terus harus
mengerti peran masing-masing dan factor sekitar yang meningkatkan masalah
hingga keduanya saling berbagi atau berkolaborasi dalam mencapai tujuan
bersama.
Perawat dan
klien bekerja sama dan hasilnya akan saling mengenal dan akan matang
secara proses. Peplau memandang keperawatan sebagai “ kekuatan yang matang dan
instrument yang mendidik”. Dia percaya bahwa keperawatan adalah hasil
pengalaman belajar mengenai diri sendiri dan orang lain yang terlibat dalam
hubungan interpersonal. Konsep ini didukung oleh Genevieve Burton (1950)
penulis lain tentang keperawatan mengatakan : “ tingkah laku orang lain
harus dimengerti agar dapat mengerti diri sendiri secara jelas”. Orang-orang
yang tersentuh dengan diri sendiri akan lebih sadar terhadap
berbagai ragam jenis reaksi bujukan individu yang lain.
Sebagai perawat
ialah mengarahkan pasien untuk penyelesaian masalah yang dihadapi
setiap hari, sehingga metode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam
berpraktek secara professional akan meningkat secara efektif. Setiap
permasalahan akan mempengaruhi kepribadian perawat dan meningkatkan
professionalisme. Inilah ciri dari perawat yang memiliki perubahan
langsung dalam terapeutik, hubungan interpersonal.
Peplau mengidentifikasi empat tahapan
hubungan interpersonal yang saling berkaitan yaitu: (1) orientasi, (2)
identifikasi, (3) eksploitasi, (4) resolusi (pemecahan
masalah). Setiap tahap saling melengkapi dan berhubungan sebagai satu
proses untuk penyelesaian masalah.
2.2 Tahapan Peplau dalam
Keperawatan.
1.
ORIENTASI
Pada tahap awal orientasi, perawat dan pasien bertemu sebagai dua orang asing.
Pasien dengan keluarga memiliki "kebutuhan yang dirasakan", oleh
karena itu bantuan profesional dicari. Namun, kebutuhan ini tidak dapat dengan
mudah diidentifikasi atau dipahami oleh individu-individu yang terlibat.Ini
sangat penting bahwa perawat bekerja sama dengan pasien dan keluarga dalam
menganalisis situasi, sehingga mereka bersama-sama dapat mengenali,
memperjelas, dan mendefinisikan masalah yang ada. Contoh: Perawat dalam peran
konselor membantu gadis remaja yang merasa "sangat down". Untuk
menyadari bahwa perasaan ini adalah hasil dari sebuah pertengkaran dengan
ibunya kemarin malam. Sebagai seorang perawat terus mendengarkan, ada faktor
yang membuat gadis itu berdebat dengan ibunya dan perasaan tertekan. Karena
perasaan ini dibahas, gadis itu mengakui berdebat sebagai faktor pencetus yang
menyebabkan depresi.
Dengan
demikian perawat dan pasien telah menetapkan masalah. Anak dan orang tua
kemudian setuju untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan perawat. Jadi
dengan saling menjelaskan dan mendefinisikan masalah dalam fase orientasi,
pasien dapat mengarahkan energi yang terakumulasi dari kecemasan kebutuhan yang
tak terpenuhi untuk lebih konstruktif berhadapan dengan masalah yang diajukan.
Hubungan didirikan dan terus diperkuat sementara kekhawatiran sedang
diidentifikasi.
Saat pasien dan keluarga berbicara dengan perawat, keputusan bersama perlu
dibuat tentang jenis layananprofessional apa yang harus digunakakan.
Perawat
sebagai narasumber, dapat bekerja dengan pasien dan keluarga. Sebagai
alternatif perawat membuat kesepakatan bersama dari semua pihak yang terlibat,
lihat keluarga untuk sumber lain seperti psikolog, psikiater, atau pekerja
sosial. Pada tahap orientasi, perawat, pasien dan merencanakan keluarga apa
jenis layanan yang dibutuhkan.
Tahap orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan perawat
tentang memberi atau menerima bantuan. Oleh karena itu, dalam tahap awal
perawat perlu menyadari reaksi diri kepada pasien. Perawatan adalah proses
interpersonal, baik pasien dan perawat memiliki bagian yang sama penting dalam
interaksi terapeutik.
Perawat, pasien, dan keluarga bekerja sama untuk mengenali, memperjelas, dan
mendefinisikan masalah yang ada. Hal ini dapat mengurangi ketegangan dan
kecemasan terkait dengan kebutuhan yang dirasakan dan rasa takut yang tidak
diketahui. Penurunan ketegangan dan kecemasan mencegah masalah lain yang timbul
sebagai akibat dari represi. Situasi stres diidentifikasi melalui interaksi
terapeutik. Sangat penting bahwa pasien mengenali dan mulai bekerja melalui apa
yang dirasakan terkait dengan penyebab penyakitnya.
Dengan demikian, pada awal fase orientasi, perawat dan pasien bertemu sebagai
orang asing. Pada akhir fase orientasi, mereka secara bersamaan berusaha untuk
mengidentifikasi masalah dan menjadi lebih nyaman satu sama lain. Para perawat
dan pasien sekarang siap untuk maju ke tahap berikutnya.
2.
IDENTIFIKASI
Tahap berikutnya identifikasi, adalah Di mana pasien merespon selektif untuk
orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap pasien merespon berbeda
dalam fase ini. Pasien secara aktif mungkin mencari perawat keluar atau dengan
tenang menungguinya. Tanggapan untuk perawat adalah tiga: (1) berpartisipasi
dan saling bergantung dengan perawat, (2) otonom dan independen dari perawat,
atau (3) menjadi pasif dan tergantung pada perawat. Contoh: Seorang pria tujuh
puluh tahun yang ingin merencanakan baru 1600 kalori diet diabetes.
Jika
hubungan adalah saling bergantung, perawat dan pasien berkolaborasi pada
perencanaan makan. Jika hubungan menjadi independen, pasien akan berencana diet
sendiri dengan masukan minimal dari perawat. Dalam hubungan tergantung, perawat
melakukan perencanaan makan untuk pasien.
Sepanjang fase identifikasi, baik pasien dan perawat harus menjelaskan persepsi
masing-masing dan harapan. Bagian pengalaman dari pasien dan perawat akan
memiliki titik tengah, apa harapan mereka selama proses interpersonal. Seperti
disebutkan dalam fase orientasi, sikap awal dari pasien dan perawat sangat
penting dalam membangun hubungan kerja untuk mengidentifikasi masalah dan
memutuskan bantuan yang tepat.Persepsi dan harapan pasien dan perawat dalam
fase identifikasi lebih kompleks dari pada fase sebelumnya. Pasien sekarang
menanggapi pembantu selektif. Hal ini memerlukan hubungan terapeutik lebih
intens.
Untuk menggambarkan, seorang pasien yang
telah memiliki mastektomi mungkin menyebutkan kepada perawat ketidakmampuannya
untuk memahami latihan lengan, yang sebelumnya telah menjelaskan kepadanya
sebagai rejimen yang penting setelah operasi. Perawat mengamati lengan
terpengaruh untuk menjadi edema (bengkak). Sementara perawat sedang menjajaki
kemungkinan alasan untuk edema, pasien mengaku tidak melakukan latihan
lengannya. Dalam rangka untuk memfasilitasi pemahaman pasien dan kembalinya
latihan berikutnya, perawat dapat mengidentifikasi orang-orang profesional,
seperti terapis fisik, perawat dan dokter, yang akan mengklarifikasi kesalahpahaman
pasien. Umumnya adalah yang terbaik jika perawat obyektif membahas peran setiap
orang dan keuntungan dan kerugian dari konsultasi dengan masing-masing. Namun,
dalam kasus ini, pasien mungkin menyatakan bahwa dia tidak peduli untuk
mendiskusikan latihan dengan perawat atau ahli terapi fisik karena dia
merasakan hanya dokter memiliki informasi yang diperlukan.
Sementara bekerja melalui fase identifikasi, pasien mulai memiliki rasa dan
kemampuan menghadapi masalah, yang menurunkan perasaan tidak berdaya. Hal ini
pada gilirannya menciptakan sikap optimistis dari mana kekuatan batin terjadi
kemudian.
Setelah identifikasi, pasien bergerak ke tahap
eksploitasi, di mana keuntungan dari semua layanan yang tersedia diambil.
Tingkat dimana layanan ini digunakan adalah berdasarkan pada kepentingan dan
kebutuhan pasien. Individu mulai merasakan dan bagian integral dari lingkungan
membantu. Contoh: Wanita dengan lengan pembengkakan. Selama fase ini
pasien mulai menyerap informasi yang diberikan kepadanya untuk latihan lengan.
Dia membaca pamflet dan sebuah film yang menggambarkan latihan, ia membahas
pertanyaan dengan perawat, dan ia mungkin menanyakan tentang bergabung dengan
kelompok latihan melalui departemen terapi fisik.
Perawat harus berurusan dengan kekuatan bawah sadar yang menyebabkan imbulnya
tindakan pasien. Prinsip-prinsip teknik wawancara harus digunakan dalam rangka
untuk menggali, memahami, memecahkan masalah yang mendasari. Penting bahwa
perawat mengeksplorasi penyebab yang mungkin untuk perilaku pasien. Hubungan
terapeutik harus dijaga dengan menyampaikan sikap penerimaan, perhatian, dan
kepercayaan. Perawat harus mendorong pasien untuk mengenali dan menjelajahi
perasaan, pikiran, emosi, dan perilaku dengan memberikan suasana tidak
menghakimi dan emosional terapeutik.
Beberapa pasien mungkin mempunyai minat aktif dan terlibat lebih dalam, dengan
perawatan diri. Pasien tersebut akan menjadi lebih mandiri dan akan menunjukkan
inisiatif dengan membentuk perilaku yang sesuai untuk pencapaian tujuan.
Melalui penentuan nasib sendiri, pasien semakin mengembangkan tanggung jawab
untuk diri sendiri, kepercayaan pada potensi, dan penyesuaian menuju
kemandirian dan kemerdekaan. Pasien-pasien ini realistis mulai membangun tujuan
mereka sendiri terhadap status kesehatan. Mereka berjuang untuk mencapai pola
atau arah hidup mereka kepada kesehatan. Hal ini dicapai dengan menjadi
produktif, dengan percaya dan tergantung pada kemampuan mereka sendiri.
Akibatnya, kepribadian mereka terus terbentuk, mereka mengembangkan
sumber-sumber kekuatan batin yang menghadapi masalah baru atau tantangan.
Jenis perilaku intermiten dapat dibandingkan dengan reaksi penyesuaian remaja
dalam konflik dependensi independensi.
Pasien
mungkin dalam peran dependen sementara kebutuhan simultan untuk kemerdekaan
ada. Berbagai penyebab dapat memicu timbulnya ketidakseimbangan psikologis ini.
Pasien akan terombang-ambing dan akan muncul perasaan bingung dan cemas. Dalam
merawat pasien yang berfluktuasi antara ketergantungan dan kemandirian, perawat
harus terlibat dengan perilaku tertentu untuk menangani masalah inkonsistensi
komposit.
Perawat
harus memberikan suasana ancaman, di mana seseorang bisa menghadapi dirinya
sendiri, mengenali kelemahannya, menggunakan kekuatannya tanpa memaksakan
mereka pada orang lain, dan menerima bantuan dari orang lain.Perawat juga harus
sepenuhnya menyadari berbagai aspek komunikasi termasuk mengklarifikasi,
mendengarkan, menerima dan menafsirkan. Penggunaan yang benar dari semua faktor
ini akan membantu pasien untuk memenuhi tantangan-nya dan akan membuka jalan
menuju penyesuaian yang maksimal. Jadi perawat membantu pasien dalam
memanfaatkan semua jalan, membantu dan kemajuan dibuat ke arah langkah-final
fase resolusi.
(Peplau,
H.E. Interpersonal Relation in Nursing, 1952.)
3.
EKSPLOITASI
Memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai
pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam
proses interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan
gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.
4.
RESOLUSI
Tahap terakhir dari proses antarpribadi Peplau adalah resolusi. Kebutuhan
pasien telah dipenuhi oleh upaya kolaboratif dari perawat dan pasien. Pasien
dan perawat sekarang perlu untuk mengakhiri hubungan terapi mereka dan
membubarkan hubungan antara mereka.Secara bertahap
klien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi ke arah realisasi
potensi.
Seringkali ini sangat sulit bagi kedua pasien dan perawat. Ketergantungan
kebutuhan dalam hubungan terapeutik sering melanjutkan psikologis setelah kebutuhan
fisiologis terpenuhi. Pasien mungkin merasa bahwa belum waktunya untuk
mengakhiri hubungan. Contih: Seorang ibu yang telah melahirkan sudah
diperbolehkan pulang.Namun, setelah satu minggu, perawat menelfon untuk
menanyakan mengenai perawatan bayi.
Resolusi akhir juga mungkin sulit bagi perawat.
Dalam contoh di atas, ibu mungkin bersedia untuk mengakhiri hubungan itu, tapi
perawat dapat terus mengunjungi rumah untuk melihat bagaimana bayi berkembang.
Perawat mungkin tidak dapat menjadi bebas dari ikatan ini dalam hubungan
mereka. Kecemasan akan meningkat pada pasien dan perawat jika ada penyelesaian
gagal.
(Peplau,
H.E. Interpersonal Relation in Nursing, 1952.)
2.3 Teori Peplau dan
Konsep Empat Besar
Model
konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh peplau menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat,
masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses
interpersonal.
a.
Klien
Klien adalah sistem yang berkembang terdiri dari
karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu
berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.
b.
Perawat
Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien,
perawat berperan sebagai mitra kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti,
pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.Pendidikan atau
pematangan tujuan yang dimaksud untuk meningkatkan gerakan yang progresif dan
kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun, menghasilkan pribadi dan cara
hidup bermasyarakat.
Perawat mempunyai 6
peran, yaitu :
1. Mitra kerja,.
Perawat menghadapi klien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi baru.
Sebagai mitra kerja, hubungan P-K merupakan hubungan yang memerlukan kerja sama
yang harmonis atas dasar kemitraan sehngga perlu dibina rasa saling percaya,
saling mengasihi dan menghargai antara perawat dan klien.
2. Nara sumber (resources
person) memberikan jawaban yang spesifik
terhadap pertanyaan tentang masalah yang lebih luas dan selanjutnya mengarah
pada area permasalahan yang memerlukan bantuan. Perawat mampu memberikan
informasi yang akurat, jelas dan rasional kepada klien dalam suasana bersahabat
dan akrab.
3. Pendidik (teacher)
merupakan kombinasi dari semua peran yang lain. Perawat harus berupaya
memberikan pendidikan , pelatihan, dan bimbingan pada klien/keluarga terutama
dalam mengatasi masalah kesehatan.
4. Kepemimpinan
(Leadership) mengembangkan hubungan yang
demokratis sehingga merangsang individu untuk berperan. Perawat harus mampu
memimpin klien/keluarga untuk memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja
sama dan partisipasi.
5. Pengasuh pengganti
(surrogate) membantu individu belajar tentang
keunikan tiap manusia sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal. Perawat
merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh
masyarakat atau rohaniawan guna untuk membantu memenuhi kebutuhannya.
6. Konselor (consellor)
meningkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu kehidupan yang
kreatif, instruktif dan produktif. Perawat harus dapat memberikan bimbingan
terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan.
c.
Sumber Kesulitan
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan
mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang.
Ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan
psikologik (sakit jiwa) dan biologi individu. Dalam model peplau ansietas
merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung dengan kondisi
sakit. Dalam keadaan sakit biasannya tingkat ansietas meningkat. Oleh karena
itu perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas klien. Berkurangnya
ansietas menunjukkan bahwa kondisi klien semakin membaik.
d.
Hubungan Interpersonal
Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal
didefinisikan sebagai proses interaksi secara simultan dengan orang lain dan
saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan yang lainnya, biasanya dengan tujuan
untuk membina suatu hubungan.
Hubungan interpersonal yang merupakan faktor utama
model keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi terhadap 4 konsep utama
yaitu:
a. Manusia atau individu dipandang
sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi
ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang
unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan
penting untuk proses interpersonal.
b. Masyarakat/lingkungan budaya
dan adat istiadat merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi
kehidupan.
c. Kesehatan didefinisikan sebagai
perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan kearah
kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif.
d. Keperawatan dipandang sebagai
proses interpersonal yang bermakna. Proses interpersonal merupakan materina
force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun klien. Pengetahuan diri dalam
konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami klien
dan mencapai resolusi masalah.
Meskipun tidak secara langsung, Peplau mendorong perawat untuk mempertimbangkan
budaya dan adat-istiadat pasien ketika pasien menyesuaikan dengan rutinitas
rumah sakit. Saat ini ketika seorang perawat mempertimbangkan lingkungan
pasien, dia menganggap banyak faktor yang lebih, seperti latar belakang budaya
dan rumah dan lingkungan kerja, bukan hanya mempertimbangkan penyesuaian pasien
ke rumah sakit. Persepsi yang sempit Peplau tentang masyarakat / lingkungan
adalah keterbatasan utama dari teorinya. Teori ini tidak meneliti
pengaruh-pengaruh lingkungan yang luas pada orang, tetapi lebih memfokuskan
pada tugas-tugas psikologis. Pandangan ini pada tahun 1949 ketika buku itu
ditulis "dalam orang itu". Dalam memeriksa kecenderungan historis
dalam keperawatan jiwa, pandangan ini dikategorikan sebagai "orang
dalam" sebagai kontras dengan pandangan kemudian "dalam
hubungan" dan "dalam sistem sosial" yang mempertimbangkan
pengaruh lingkungan yang lebih luas pada orang.
Hildegard Peplau menganggap menyusui wanita mendefinisikan sebagai hubungan
manusia antara individu yang sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan dan
seorang perawat terutama dididik untuk mengenali dan untuk merespon kebutuhan
untuk signifikan, terapi, proses interpersonal. "Membantu"perawat
membantu pasien dengan proses interpersonal. Mayor konsep dalam kebutuhan,
kecemasan, ketegangan dan frustrasi.
Tabel
4-1. Fase Hubungan Perawat-Pasien
Fase
|
Fokus
|
Orientasi
Identifikasi
Eksploitasi
Resolusi
|
Masalah
terdefinisi fase
Pemilihan
bantuan profesional yang tepat
Penggunaan
bantuan profesional untuk pemecahan masalah alternatif
Pemutusan
hubungan profesional
|
(Peplau, Interpersonal
Relations.)
2.4 Hubungan
AntaraTahapan Peplau dan Proses Keperawatan
Dari empat fase orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi dapat
dibandingkan dengan proses keperawatan seperti yang dibahas dalam (Tabel 4-2). Proses
keperawatan didefinisikan sebagai "aktivitas’’, yang disengaja intelektual
dimana praktek keperawatan didekati secara tertib, sistematis.
Ada kesamaan mendasar antara proses keperawatan dan fase antarpribadi Peplau
itu. Kedua fase Peplau dan proses keperawatan berurutan dan fokus pada
interaksi terapeutik. Menggunakan kedua teknik pemecahan masalah bagi perawat
dan pasien untuk berkolaborasi pada tujuan akhir. Keduanya pergi dari umum ke
khusus, misalnya, perasaan yang samar-samar pasien terhadap fakta-fakta
spesifik tentang perasaan samar-samar. Kedua meliputi observasi, komunikasi,
dan rekaman sebagai alat dasar yang digunakan oleh perawat.
Ada perbedaan juga, antara fase Peplau dan proses keperawatan. Ketika
mempertimbangkan perbedaan, harus merujuk pada buku Peplau ‘’Interpersonal
dalam Hubungan Keperawatan’’ diterbitkan pada tahun 1952. Keperawatan
profesional saat ini berfungsi dengan tujuan lebih jelas. Gerakan jauh dari
perawat sebagai pembantu dokter dan perawat sebagai advokat konsumen. Misalnya,
hari ini bagian dari proses keperawatan diagnosis. Asosiasi Perawat Amerika
dalam Standar Praktik Keperawatan, menyatakan: "Diagnosis keperawatan
berasal dari data status kesehatan".Peplau menyatakan (dalam 1952) bahwa fungsi
utama dokter adalah "mengakui impor penuh masalah nuklir dan jenis bantuan
profesional yang dibutuhkan" yang hasil untuk dokter dalam" tugas
mengevaluasi dan mendiagnosa masalah muncul". Ini bertentangan dengan
pengakuan sekarang dari fungsi keperawatan mandiri.
Tabel 4-2. Perbandingan Proses Keperawatan dan
Tahapan Peplau
Proses
Keperawatan
|
Tahapan
Peplau
|
Penilaian
Pengumpulan
data dan analisis
Tidak
perlu selalu berarti "kebutuhan yang dirasakan" mungkin perawat
dimulai.
Diagnosa keperawatan
Ringkasan
pernyataan berdasarkan analisis.
Perencanaan
Saling
menetapkan tujuan.
Pelaksanaan
Rencana memulai ke arah pencapaian tujuan yang saling
ditetapkan.Dapat dicapai dengan perawatan pasien,
kesehatan profesional, atau keluarga pasien.
Evaluasi
Berdasarkan
saling didirikan perilaku akhir yang diharapkan.
Dapat
menyebabkan penghentian atau inisiasi rencana baru.
|
Orientasi
Perawat dan pasien datang bersama-sama sebagai orang
asing, pertemuan yang diprakarsai oleh pasien yang mengungkapkan
"kebutuhan yang dirasakan", bekerja sama untuk mengenali,
memperjelas, dan mendefinisikan fakta terkait dengan kebutuhan.
(Catatan:
pengumpulan data kontinu.)
Pasien
menjelaskan "kebutuhan yang dirasakan."
Identifikasi
Saling
tergantung penetapan tujuan. Pasien memiliki rasa memiliki dan selektif
menanggapi mereka yang bisa memenuhi kebutuhan.
Pasien-dimulai.
Eksploitasi
Pasien
secara aktif mencari dan menggambar pada pengetahuan dan keahlian dari mereka
yang dapat membantu.
Resolusi
Terjadi
setelah fase lain yang berhasil diselesaikan dan telah dipenuhi.
Menyebabkan
diberhentikan.
|
Perawatan menurut Peplau, termasuk klarifikasi dari informasi dokter, serta
pengumpulan data tentang pasien yang mungkin menunjukkan masalah daerah
lainnya. Hari ini, bagaimanapun, dengan peran keperawatan diperluas, kami telah
praktisi perawat independen yang mungkin atau tidak mungkin merujuk pasien ke
dokter, tergantung pada kebutuhan pasien. Melalui peran diperluas seperti ini,
keperawatan menjadi lebih akuntabel dan bertanggung jawab memberikan
kemerdekaan keperawatan profesional yang lebih besar. Proses keperawatan
menyediakan modus untuk mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
yang merupakan inti dari akuntabilitas hukum.
Peplau memberikan variabel dalam situasi keperawatan sebagai kebutuhan,
frustrasi, konflik dan kecemasan. Variabel-variabel ini harus ditangani untuk
pertumbuhan yang terjadi, sebagai perawat memfasilitasi perkembangan yang sehat
dari kepribadian masing-masing. Hal ini mudah dilihat bahwa Peplau dipengaruhi
oleh beberapa teori waktu, terutama teori Harry S. Sullivan interpersonal dan
teori Sigmund Freud tentang psikodinamika.
Dalam keperawatan saat ini, variabel seperti dinamika intrafamily, kekuatan
sosial ekonomi (misalnya, sumber daya keuangan), pertimbangan ruang pribadi dan
sumber daya pelayanan masyarakat sosial harus diperhitungkan untuk setiap
pasien. Variabel-variabel ini memberikan perspektif yang lebih luas untuk
melihat situasi keperawatan daripada faktor pribadi Peplau dari kebutuhan,
frustrasi, konflik dan kecemasan. Saat ini, bahkan keluarga, kelompok atau
komunitas dapat secara kolektif didefinisikan sebagai pasien.
Perawatan juga telah memperluas perspektif dalam membantu pasien mencapai
potensi kesehatan lebih lengkap melalui penekanan lebih besar pada pemeliharaan
kesehatan dan promosi. Martha Rogers menyatakan, "Pemeliharaan dan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis keperawatan, intervensi, dan
rehabilitasi mencakup lingkup tujuan jompo". Perawat secara aktif mencari
untuk mengidentifikasi masalah kesehatan di berbagai komunitas dan pengaturan
kelembagaan ini.
Komponen spesifik dari proses keperawatan dan fase Peplau sekarang akan
dibahas. Lihat lagi untuk Tabel 4-2. Tahap orientasi Peplau yang sejajar dengan
awal fase penilaian bahwa baik perawat dan pasien datang bersama-sama sebagai
orang asing. Pertemuan ini diprakarsai oleh pasien yang menyatakan kebutuhan,
meskipun kebutuhan tidak selalu bisa dipahami. Secara bersama, perawat dan
pasien mulai bekerja melalui mengenali, memperjelas dan mendefinisikan fakta
terkait kebutuhan ini. Langkah ini disebut sebagai pengumpulan data dalam tahap
penilaian dari proses keperawatan.
Orientasi dan penilaian yang tidak sama, tidak harus bingung. Mengumpulkan data
kontinyu sepanjang fase Peplau. Dalam proses keperawatan, pengumpulan data awal
adalah pengkajian keperawatan, dan pengumpulan data lebih lanjut menjadi bagian
integral dari penilaian kembali.
Diagnosis keperawatan berkembang pada masalah kesehatan atau defisit
diidentifikasi. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan ringkasan dari data
yang dikumpulkan. Ini melukiskan masalah pasien atau masalah potensial. Peplau
menyatakan bahwa "selama periode orientasi pasien menjelaskan pertama,
kesan keseluruhan masalahnya", sedangkan dalam proses keperawatan, perawat
menyimpulkan diagnosis dari data yang dikumpulkan.
Ketika perawat dan pasien berkolaborasi pada tujuan, mungkin ada bentrokan
didasarkan pada prasangka dan harapan setiap orang, seperti dijelaskan
sebelumnya dalam fase identifikasi Peplau. Perbedaan ini harus diselesaikan
sebelum tujuan yang saling menyatakan dapat disepakati. Penetapan tujuan harus
saling berkaitan antara perawat dan pasien.
Dalam tahap perencanaan proses keperawatan, perawat secara khusus merumuskan
bagaimana pasien akan mencapai tujuan yang akan ditetapkan. Pasien masukan
secara aktif dicari oleh perawat sehingga pasien merasa merupakan bagian
integral dari rencana dan kepatuhan. Pada langkah ini, perawat mempertimbangkan
kemampuan pasien sendiri untuk menangani masalah-masalah pribadinya.
Peplau
menekankan bahwa perawat ingin mengembangkan hubungan terapeutik sehingga
kecemasan pasien akan disalurkan secara konstruktif untuk mencari sumber daya,
sehingga menurunkan perasaan putus asa. Langkah dalam perencanaan masih dapat
dipertimbangkan dalam fase identifikasi Peplau.
Pada tahap implementasi, seperti dalam eksploitasi, pasien akhirnya menuai
manfaat dari hubungan terapeutik dengan menggambar pada pengetahuan dan
keahlian perawat. Dalam kedua fase (implementasi dan eksploitasi), rencana
individual telah terbentuk, berdasarkan kepentingan dan kebutuhan pasien. Oleh
karena itu, dalam kedua tahap rencana yang diprakarsai menuju penyelesaian
tujuan yang diinginkan. Ada perbedaan, namun antara eksploitasi, di mana pasien
adalah orang yang aktif mencari berbagai jenis layanan dalam memperoleh manfaat
maksimal yang tersedia dan implementasi.Eksploitasi adalah pasien berorientasi,
sedangkan pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pasien atau oleh orang lain
termasuk para profesional kesehatan dan keluarga pasien.
Pada fase resolusi Peplau, fase-fase lainnya telah berhasil bekerja melalui
kebutuhan telah dipenuhi, resolusi dan pemberhentian adalah hasil akhir.
Meskipun Peplau tidak membahas evaluasi. Evaluasi merupakan faktor yang melekat
dalam menentukan status kesiapan pasien untuk melanjutkan melalui fase resolusi.
Dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan langkah terpisah, dan diharapkan
saling berkaitan. Dalam evaluasi, jika situasinya jelas, masalah bergerak
ke arah penghentian. Jika masalah tidak terselesaikan, bagaimanapun tujuan dan
sasaran tidak terpenuhi, dan jika perawatan tidak efektif, penilaian ulang
harus dilakukan. Tujuan-tujuan baru, perencanaan, implementasi dan evaluasi
kemudian didirikan.
(Peplau,
H.E. Interpersonal Relation in Nursing, 1952.)
2.5 Peplau Bekerja dan
Karakteristik Dari Teori A
Saat ini di literatur, ada ketidaksepakatan tentang apakah buku Peplau adalah
sebuah teori seperti yang diusulkan dalam edisi 1980, model konseptual atau
teori besar. Karya Peplau akan dibandingkan dengan karakteristik teori yang
diperkenalkan dalam bab pertama buku ini. Umumnya, teori Peplau adalah sebuah
teori keperawatan.
1. Teori dapat saling berhubungan sedemikian rupa untuk menciptakan cara
berbeda dalam memandang suatu fenomena tertentu. Fase orientasi, identifikasi,
eksploitasi dan resolusi saling berhubungan komponen yang berbeda dari setiap
tahap. Keterkaitan ini menciptakan perspektif yang berbeda dari interaksi
perawat-pasien dan transaksi pelayanan kesehatan. Interaksi perawat-pasien
dapat berlaku untuk konsep manusia, kesehatan masyarakat dan keperawatan.
Misalnya, dalam fase orientasi ada komponen perawat, pasien, orang asing,
masalah dan kecemasan.
2. Teori harus logis di alam. Teori Peplau menyediakan cara yang logis
sistematis melihat situasi keperawatan. Keempat fase progresif dalam hubungan
perawat-pasien yang logis, dimulai dengan kontak awal dalam fase orientasi dan
berakhir dengan terminasi fase resolusi.
Konsep
kunci dalam teori seperti kecemasan, ketegangan, tujuan dan frustrasi yang
jelas didefinisikan dengan hubungan eksplisit antara mereka dan fase progresif.
3. Teori harus relatif sederhana namun digeneralisasikan. Fase memberikan
kesederhanaan dalam hal perkembangan alami dari hubungan perawat-pasien.
Kesederhanaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi dalam setiap interaksi
perawat-pasien, sehingga memberikan generalisasi. Sifat dasar keperawatan masih
dianggap sebagai proses interpersonal.
4. Teori dapat menjadi basis untuk hipotesis yang dapat diuji. Teori Peplau
telah dihasilkan hipotesis diuji. Sebagian besar penelitian telah berpusat di
sekitar konsep kecemasan, bukan hubungan perawat-pasien yang merupakan inti
dari pekerjaannya.
Umumnya,
penelitian keperawatan telah sedikit dan kebanyakan deskriptif (lihat Tabel
4-3). Banyak penelitian yang memiliki ukuran sampel yang sangat kecil dan
dilakukan sebelum 1970.
Tabel
4-3. Perawatan Penelitian Menggunakan Kerja Peplau
Data
&
Penulis
|
Penelitian
|
Temuan
|
1961
Hays,
D.
|
Memberikan
deskripsi tahapan dan langkah-langkah pengajaran pengalaman pasien dari
konsep kecemasan. Ukuran sampel adalah 6 pasien kejiwaan wanita.
|
Analisis
lisan kelompok mengungkapkan bahwa bila diajarkan dengan metoda pengalaman,
pasien mampu menerapkan konsep kecemasan setelah kelompok ini dihentikan.
|
1963
Burd,
S.F.
|
Dikembangkan
dan diuji kerangka intervensi keperawatan untuk bekerja dengan pasien cemas.
Sampel 25 mahasiswa keperawatan
jiwa yang
terdiri dari 15 mahasiswa dan 10 mahasiswa pascasarjana.
|
Siswa dapat
mengembangkan kompetensi mahasiswa baru dimulai pada hubungan interpersonal.
Semakin awal pengetahuan teoritis siswa,
semakin siswa
menyadari kecemasannya sendiri. Saat siswa bekerja dengan pasien, pasien
merespon dengan pergi melalui tahap berurutan termasuk penolakan, ambivalensi
dan kesadaran kecemasan.
|
5. Teori berkontribusi dan membantu dalam meningkatkan tubuh secara umum dalam
disiplin melalui penelitian dilaksanakan untuk memvalidasi mereka. Karya Peplau
telah memberikan kontribusi besar terhadap tubuh pengetahuan, tidak hanya dalam
psikiatri-mental perawatan kesehatan, tetapi juga dalam keperawatan pada
umumnya. Contohnya adalah karyanya tentang kecemasan. Sehubungan dengan
kontribusinya untuk penelitian dalam keperawatan jiwa-mental kesehatan, pada
1950-an dua-pertiga dari penelitian keperawatan berkonsentrasi pada hubungan
perawat-pasien. Pada Teachers College, Columbia University (1952) Pekerjaan
dipengaruhi sifat interpersonal dan arah kerja klinis dan studi. Saat ini,
seperti di masa lalu, peneliti terus menguji teorinya.
6. Teori dapat dimanfaatkan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan
praktek mereka. Perawatan masih didefinisikan sebagai proses interpersonal yang
dibangun di atas perawat-pasien fase progresif. Seperti yang diusulkan Peplau,
komunikasi dan keterampilan wawancara tetap alat keperawatan mendasar. Kontinum
kecemasan Peplau masih digunakan untuk intervensi keperawatan dalam bekerja
dengan pasien cemas.
7. Teori harus konsisten dengan teori divalidasi lainnya, hukum dan
prinsip-prinsip, tetapi akan meninggalkan pertanyaan tak terjawab terbuka yang
perlu diselidiki. Secara umum, teori ini konsisten dengan teori-teori saat ini
dan penelitian. Teori interpersonal, termasuk Sullivan dan itu Fromme adalah
fondasi dalam teori. Teori sistem umum juga dapat secara luas diterapkan pada
empat fase dari hubungan perawat-pasien.
Singkatnya, teori memiliki tujuh karakteristik. Dalam memeriksa karakteristik
ini, (1952) karya Peplau yang memiliki karakteristik teori.Kekuatan termasuk
menciptakan cara unik untuk melihat keperawatan dan meningkatkan pengetahuan
keperawatan. Keterbatasan teori ini adalah bahwa beberapa daerah perlu lebih
dikembangkan untuk dapat menghasilkan hipotesis diuji, dan bahwa teori ini
lemah dalam aplikasi untuk pasien dengan karakteristik tertentu. Penelitian
keperawatan harus fokus pada pengujian hipotesis teori untuk validasi.
(Peplau, Interpersonal
Relations.)
2.6 Implementasi
Teori Peplau
Pada
awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk keprihatinannya terhadap
praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai perawat jiwa, melalui
tulisannya ia kemudian mempublikasikan teorinya mengenai hubungan interpersonal
dalam keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan keperawatan ditekankan pada
perawatan yang bersifat terapeutik.
Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu
pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara
perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan
penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat
membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah
kesehatannya. Artinya seorang perawat
berusaha mendorong kemandirian pasien.
Teori peplau merupakan teori yang unik dimana
hubungan kolaborasi perawat klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan”
melalui hubugan interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien. Ketika kebutuhan dasar telah diatasi, kebutuhan yang baru mungkin
muncul. Hubungan interpesonal perawat klien digambarkan sebagai fase-fase yang
saling tumpang tindih seperti berikut ini orientasi, identifikasi, penjelasan
dan resolusi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori Hildegard E. Peplau berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif. Hildegard E. Peplau yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kemantapan pengembangan kepribadian. Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai narasumber, konselor dan wali.
3.2 Tujuan Teori Peplau
Untuk melatih dan mendidik pasien /
klien beserta keluarganya dan membantu pasien untuk mencapai kematangan
kepribadian.
3.3 Kelebihan
dan Kekurangan Teori Peplau
Kelebihan:
a. Dapat
meningkatkan kejiwaan pasien untuk lebih baik.
b. Dapat menurunkan
kecemasan klien dalam teori keperawatan.
c. Dapat
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik.
d. Dapat medorong
pasien untuk lebih mandiri.
3.4 Saran
Seperti yang kita ketahui bahwa manusia dipandang
sebagai sistem holistik yang terdiri dari bio-psiko-sosial-spiritual. Pada
teori Peplau ini mempunyai kelemahan yaitu lebih menitikberatkan pada
keperawatan jiwa, hal ini dapat dibuktikan pada gagasan Peplau yang
dikembangkan pada pemantapan pengembangan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat. (2004).
Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
Potter & Perry. (2005). Buku ajar Fundamental keperawatan. Volume 1. EGC. Jakarta.
Sills. (2007). Hildegard Peplau 1909-1999
Elhy. Wednesday, April 16, 2008. Teori Peplau.
http://semangateli.blogspot.com%2F2008%F04&2Fteori-peplau.html
Potter & Perry. (2005). Buku ajar Fundamental keperawatan. Volume 1. EGC. Jakarta.
Sills. (2007). Hildegard Peplau 1909-1999
Elhy. Wednesday, April 16, 2008. Teori Peplau.
http://semangateli.blogspot.com%2F2008%F04&2Fteori-peplau.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar